Sabtu, 12 Desember 2009

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan menggapai globalisasi serta kemajuan dalam persaingan bisnis saat ini yang semakin kompleks, setiap perusahaan mau tidak mau harus meningkatkan daya saing dan mempersiapkan diri menjadi perusahaan yang kompetitif.
Keberhasilan pelaku bisnis atau dunia usaha dimasa lalu atau dimasa sekarang terpaku pada investasi atau asset yang dimilikinya, mungkin ada benarnya karena memalui investasi atau modal yang ditanamkan itu merupakan salah satu faktor modal dalam pengadaan sarana dan prasarana dalam menunjang bisnis tersebut, termasuk biaya operasionalnya. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mendapatkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha tersebut, disamping bagaimana mempertahankan Sumber Daya Manusia yang dapat bekerja secara efektif, efesien dan optimal sehingga produktivitas sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber Daya Manusia merupakan faktor produksi yang tidak dapat diabaikan dan merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi, bahkan menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang atau jasa, dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan.
Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan agar efektif dan efesien dalam menunjang tercapainya tujuan organiasi atau perusahaan.
Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia perlu dikelola dan dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh Sumber Daya Manusia yang bermutu dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. Bermutu bukan hanya berarti pandai saja tetapi memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu benar – benar dapat diselesaikan sesuai rencana .
Organisasi perusahaan senantiasa melibatkan beberapa ornag dan mereka saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam sebuah struktur dimana dapat membantu di dalam usaha dalam mencapai tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi perusahaan dapat mencapai prestasi, maka tidak hanya sekedar organisasi yang merupakan sekumpulan orang saja, melainkan perlengkapan termasuk mesin –mesin, metode kerja, waktu, bahan baku yang umumnya disebut sebagai sumber modal. Setiap organisasi perusahaan menginginkan agar pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber tersebut benar –benar dapat berdaya guna. Dengan demikian perlu adanya pengukuran, pengarahan, dan pengawasan. Uaha mengatur dan mengarahkan sumber daya ini baik, manusianya maupun peralatannya disebut manajemen. Keefektifan organiasi perusahaan dapat tercapai apabila manajemen dapat memusatkan perhatiannya.
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi perusahaan, tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Karena merekalah yang memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakan manusia lainnya untuk bekerja mencapai tujuan.
Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau perusahaan sekecil apa pun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas organisasi atau perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan akan sulit dicapai, bila para karyawan tidak mau menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk bekerja samaksimal mungkin. oleh sebab itu, tugas pimpinan yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan adalah bagaimana para karyawan tersebut tetap bergairah dalam bekerja dan selalu mempunyai perilaku positif dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini adanya tuntutan organisasi bahwa pemimpin dapat memprioritaskan kepemimpinannya yang berorientasi pada tugas dan hubungan antar manusia yang bertujuan untuk meningkatkan kematangan bawahan. Karena itu pemimpin dituntut oleh organisasi untuk bisa fleksibel dalam menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat diantaranya yaitu gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan laissez faire (bebas). Unsur kepemimpinan ini terasa lebih diperlukan lagi setelah melihat kenyataan bahwa manajer merupakan sumber daya pokok yang paling langkah dalam setiap oraganisasi bisnis, hal ini dibuat dari kenyataan bahwa setiap status pendirian usaha baru, kurang lebih 50% atau separuhnya gulung tikar dalam dua tahun yang pada akhirnya di tahun kelima hanya satu pertiga saja yang masih bertahan, dan hampir semua kegagalan dari perusahaan dikarenakan kepemimpinan dalam perusahaan tersebut kurang efektif.
Semangat kerja karyawan akan muncul diantaranya dari adanya kepemimpinan yang diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara maksimal, sehingga pemimpin mampu menggerakkan orang lain, dalam hal ini adalah karyawan yang menjadi bawahannya. Untuk itulah, suatu perusahaan dituntut untuk memiliki seorang pemimpin yang mampu menciptakan suasana dinamis serta mampu meningkatkan semangat kerja bawahannya.
Demikian pula halnya dengan Koperasi Widya Sedana Panjer yang merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan yang berbentuk koperasi, juga dituntut untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Hal ini meningkatkan adanya persaingan dari perusahaan sejenis sangat ketat. Untuk dapat mengantisipasi persaingan, perusahaan hendaknya memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna jasa-jasa yang ditawarkan perusahaan. Agar dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumennya sudah tentu diperlukan adanya semangat kerja karyawan yang tinggi pula.
Dalam upaya meningkatkan semangat kerja karyawan, pimpinan Koperasi Widya sedana panjer menerapkan gaya kepemimpinan persuasive yaitu dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan, diharapkan akan dapat meningkatkan semangat dari karyawan yang bekerja di Koperasi Widya Sedana Panjer.

.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Bagai manakah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.


Tujuan Penelitian

Adapun tujuan di laksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.

1.3. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik dalam usaha mengaplikasikan teori-teori yang diterima di bangku kuliah, khususnya mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat di gunakan ataupun di pakai sebagai bahan pertimbangan, kebijaksanaan maupun sumbangan pikiran kepada pihak panajemen di dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam usaha memberikan motivasi didukung oleh kepemimpinan yang baik untuk meningkatkan semangat kerja karyawan.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian dapat di gunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut bagi para mahasiswa yang akan maupun sedang melakukan penelitian, dan juga dapat diinventarisasikan di perpustakaan kampus

BAB II
LANDASAN TEORI


2.1. Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Berbicara mengenai kepemimpinan tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai manajemen, ini karenakan
Yang dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini :
Menurut Ahmad Tohardi, (2002 : 295) menyatakan bahwa : “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok yang terorganisasikan dalam usaha menentukan tujuan dan pencapaian.
Menurut Susilo Martoyo, (2000 : 176) menyatakan bahwa “ Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama”.
Sedangkan menurut Agus Mulyono (2001 :15) menyatakan bahwa : ”Kepemimpinan adalah merupakan upaya guna mempengaruhi tingkah laku bawahan untuk melakukan suatu tugas sesuai yang dikenaki oleh pimpinan tersebut”.
Penulis manajemen hakekatnya sepakat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang pempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan kegiatan, aktivitas dan bertangkung jawab untuk itu, dapat di simpulkan bahwa proses kepemimpinan adalah fungsi pimpinan, pengikut dan pariabel situasonalnya.
2.1 .2. Jenis dan Macam Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

2. 2. Semangat Kerja Karyawan
2.2. 1. Pengertian Semangat Kerja karyawan
Alex S. Nitisemito (1991 : 130) menyatakan bahwa : Semangat kerja karja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat dengan jalan memperkecil kekeliruan-kekeliruan dalam pekerjaan, mempertebal rasa tanggung jawab, serta dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya seauai dengan rencana yang diharapkan.
Ahmad Tohardi ,200 : 428) menyatakan bahwa : Semangat kerja adalah istilah yang menyangkut keperluan di luar pekerjaan seperti pendapatan , rasa aman dan kedudukannya yang lebih tinggi dalam masyarakat, keputusan terhadap pekerjaan misalnya minat kerja, peluang untuk maju dan prestise di dalam perusahaan, kepuasan pribadi dan rasa bangga atas profesinya.
Semangat kerja yang baik dapat terlihat apabila para karyawan nampaknya merasa senang, optimis terhadap semua kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas serta ramah-tamah satu sama lainnya. Sebaliknya semangat kerja yang rendah dapat dilihat apa bila karyawan nampak tidak puas,lekas marah tidak suka membantu, gelisah dan pesimis terhadap tugas dan pekejaannya.

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan
Menurut Buchari Zainum (1991 : 175) menyatakan bahwa : Ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan sebagai berikut :
1. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan terutama antara pimpinan yangsehari-hari langsung berhadapan dengan para karyawan yang dibawahinya.
2. Kepuasan para karyawan terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh tugas yang disukai sepenuhnya.
3. Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan materiil lainnya yang menghadapi sebagai imbalan yang di rasakan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan kepada organisasi.
4. Adnya ketenangan jiwa,jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam pekerjaan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah kepemimpinan, motivasi, komunikasi, hubungan manusiawi (hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan), kompensasi, kepuasan para terhadap tugas dan pekerjaannya, kesehatan dan keselamatan kerja ( terdapatnya suatu suasana atau iklim keja yang bersahabat dengan anggota-anggota lain organisasi ), rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi, adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan materiil lainnya, serta adanya ketenangan jiwa.

2.3. Hubungan Kepemimpinan Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Kepemimpinan merupakan sifat atau cara seseorang pemimpin di dalam membimbing dan mengarahkan orang lain untuk bersedia secara ikhlas melaksanakan suatu kegiataan tertentu yang berhubungan dengan tujuan yang telah digariskan terlebih dahulu.
Ahmad Tohardi, (2002 : 429) menyatakan bahwa : ”semangat melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Dalam hubungan kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan David dan Gonokusumo dikkutip Gorda, 2004 :159) menyatakan bahwa : “Semangat kerja karyawan merupakan hasil dari keberasilan pemimpin di dalam mengambil berbagai kebijaksanaan perusahaan”.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Semangat Kerja Karyawan
Pada bab sebelumnya telah di uraikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana panjer.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara teoritis bahawa diduga gaya kepemimpinan perpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.
Namun demikian hipotesis tersebut baru ditinjau secara teoritis, karena itu perlu didukung dan di buktikan secara empiris. Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan, digunakan metode kuantitatif dengan penggunakan bantuan computer program SPSS version 11.5 for windows.
Tabel 3.1
Rekapitulasi Hasil Pengolahan SPSS Vertion 11.5 For Windows
Nama Variabel Koefisien t-test Sig. T
Regresi
Gaya Kepemimpinan 0,833 7,370 0,000
Konstanta 2,169
R² 0,547
Multiple R 0,74
Regresi linier Sederhana Y=2,169+ 0,833X
N 47
t-tabel (5%;45) 1,684 (yang paling mendekati)

Bedasarkan tabel 3.1 di atas maka dapat diketahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana panjer sebgai berikut:


1. Anlisis Regresi Linier Sederhana
Pengaruh antara kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer dapat diketahui dengan analisis regresi linier sederhana, sebagai berikut: Y= a + Bx.
Nilai konstanta a dan koefisien regresi b dapat di ketahui dari hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS pada computer. Adapun besarnya nilai-nilai tersebut sebagai berikut:
a = 2,169
b = 0,833
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka persamaan regresi linier sederhada akan menjadi : Y= 2,169 + 0,833X. Berdasarkan hasil persamaan ini, dapat dijelaskan pola pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer sebagai berikut:
a. Apabila kepemimpinan tidak diperhatikan, maka semangat kerja karyawan akan tetap sebesar 2,169 satuan.
b. Apabila kepemimpinan diperhatikan atau di tingkatkan sebesar 1satuan, maka semangat kerja karyawan akan meningkat sebesar 0,833 satuan.
2. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Berdasarkan data pada tabel 6 diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = 0,740 (korelasi positif). Koefisien korelasi tersebut berada diantara 0,60-0799, yang berarti hubungan antara kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer adalah berkorelasi yang sedang.

3. Analisis Determinasi
Analisi ini digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui besarnya prosentase hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan yang dinyatakan dalam prosentase, dengan rumus : D = r² x 100%.
Besarnya r² dapat diketahui dari R square yaitu = 0,547. Karena besarnya r² = 0,547 maka besarnya koefisien determinasi adalah :
D = r² x 100%
= 0,547 x 100%
= 54,7%
Koefisien determinasi 54,7% berarti gaya kepemimpinan terhadap semangat kerja karyawan berpengaruh sebesar 54,7%, sedang sisanya 100% - 54,7% = 45,3% dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang tidak teliti.
4. t-test
Untuk menguji kebenaran koefisien regresi yang diperoleh di atas, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji-t (t-test).
Adapun langkah-langkah pengujian tersebut adalah sebagi berikut :
a. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang diuji adalah diduga gaya kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawa pada Koperasi Widya Sedana Panjer.
Sesuai dengan hipotesis tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis kerjanya sebagai berikut :
Ho : β ≤ 0 berarti gaya kepemimpinan tidak berpengaruh nyata terhadap semangat
kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.
Ho : β > 0 berarti gaya kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat
kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.
b. Penentuan Statistik Tabel
Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh nilai β = 0,833. Sesuai dengan hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan, yang menyatakan “β > 0” yang berarti berpengaruh nyata, maka dalam penelitian ini di gunakan uji satu pihak yaitu uji pihak kanan dengan t-tabel =( σ,df). Level of significant (tarap kepercayaan) yang digunakan adalah 5% dan derajat kebebasan (degrees of freedom) = n – k. untuk n = 47 dan k = 2, maka n – k = 47-2 = 45, sehingga besarnya t-tabel yang dicari adalah t (5%,45) yang pada t-tabel besarnya 1,689.
c. Penentuan t-hitung
Berdasarkan hasil perhitungan dengan SPSS, ternyata pada derajat bebas = 45, besarnya t-hitung untuk variabel X adalah 7,370.
d. Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis
Sesuai dengan criteria daerah penolakan dan daerah peneriman dengan uji satu sisi (sisi kiri atau sisi kanan), maka dalam hal ini yang dipakai adalah uji sisi kanan,dimana syarat uji sisi kanan adalah :
1. Ho diterima apa bila t-hitung ≤ t-tabel.
2. Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel.
e. Penarikan Kesimulan
Berdasarkan keseluruhan hasil pengujian dihatas, ternyata dengan taraf kepercayaan () =5% dan pada derajat bebas 45, maka diperoleh besarnya t-hitung 7,370 dan t-tabel 1,681
Maka kesimulannya adalah dapat dilihat pada gambar kurva distribusinormal daerah penolakan/peneriman hipotesis di bawah ini:

Gamar 3.1
Kurva Distribusi Normal
Daerah Penerimaan dan Daerah Penolakan




Daerah
Penolakan Ho







0 1,684 7,370
t-tabel t-hitung
Berdasarkan pada gambar 3.1 diatas, jelaslah bahwa apabila nilai t-hitung = 7,370 dibandingkan dengan nilai t-tabel = 1,684 maka ternyata nilai t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel, dan t-hitung berada daerah penolakan Ho. Oleh karena itu Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi memang benar gaya kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.
Denga demikian hipotesis yang menyatakan bahwa diduga gaya kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer.

BAB IV
PENUTUP


4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian pada bab pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik pada penulisan makalah ini adalah bahwa kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawan pada koperasi widya sedana panjer. Hal ini didasari :
1. Hasil analisis regresi linier sederhana di peroleh persamaan Y= 2,169 + 0,833X yang artinya setiap kenaikan kepemimpinan sebesar 1 satuan, maka semangat kerja karyawan akan peningkat sebesar 0,833 satuan.
2. Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,740 yang berarti hubungan antara kepeminpinan terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer adalah berkolelasi yang sedang.
3. Hasil analisis determinasi sebesar 55,7% sedangkan sisanya 100% - 54,7% = 45,3% dipengaruhi oleh factor-faktor lain tidak teliti.
4. Hasil analisis t-test dimana diperoleh nilai t-hitung =7,370 dibandingkan dengan nilai t-tabel = 1,684 maka ternyata nilai t-hitung lebih besar dari pada nilai t-tabel, dan t-hitung berada pada daerah penolakan Ho. Oleh karena itu Ho di tolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa diduga kepemimpinan berpengaruh nyata terhadap semangat kerja karyawan pada Koperasi Widya Sedana Panjer dapat diterima.

4.2. Saran
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,maka penulis ingin menyampaikan saran-saran yang sekiranya berguna bagi Koperasi Widya Sedana Panjer adalah sebagai berikut :
1. Karena kepemimpinan berpengaruh yang sedang terhadap semangat kerja karyawan, maka sebaiknya Koperasi Widya Sedana Panjer perlu ditingkatkan lagi.
2. Mengingat masih ada faktor lain selain kepemimpinan yang mempengaruhi semangat kerja karyawan khususnya, maka sebaiknya manajemen Koperasi Widya Sedana Panjer memperhartikan faktor tersebut seperti misalnya : komunikasi, kepemimpinan, kompensasi ataupun insentif, sehingga semangat kerja karyawan akan dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Tohardi Ahmad, (2002), Pemahaman Praktis Manajemen Sumer Daya Manusia, Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Nitisemito Alex S,(1997), Manajemen Personalia(Mnajemen Sumer Daya Manusia), Penerbit Ghalia, Jakarta.

Sutarto,(1991), Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Penerbit Gajah Mada University, Yogyakarta.

Martoyo Susilo, (200), Manajemen Sumer Daya Manusia, BPFE, Yogyakarta.

Handoko T. Hani,(1994), Manajemen Personalia dan Sumer Daya Manusia, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Gorda, IGN, (1994), Pengertian Dasar Manajemen Sumer Daya Manusia, Penerbit Widya Kriya Gematama, Denpasar.

Sedarmayanti, (1993), Sumer Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung, Penerbit Mandar Maju.

Zainun Buchari, (1991), Manajemen dan Motivasi, Rajawal, Jakarta.